Ilustrasi |
Sebentar lagi daerah NTT akan melaksanakan sebuah upacara
demokratis bernama Pilkada. Seperti diketahui, Pilkada ini akan dilakukan
secara langsung bahwa rakyat sendiri sebagai pelaku utama demokrasi, menentukan
sendiri pemimpinnya.
Momen Pilkada ini dibuat agar kita sebagai masyarakat dapat
memilih secara bebas terkait siapa yang berhak memimpin kita untuk lima tahun
ke depan. Momen ini juga merupakan penentu arah gerak kehidupan bersama kita
dalam lima tahun tersebut.
Karena itu, momen Pilkada ini tidak boleh dianggap remeh. Kita
sebagai pemilih mesti memanfaatkan kesempatan Pilkada ini dengan baik, sebab
nasib kehidupan kita di masa depan sangat ditentukan oleh keputusan kita saat upacara
Pilkada ini nanti.
Tulisan ini memberikan beberapa hal bagi kita tentang cara menentukan pilihan dengan baik dalam Pilkada nanti. Beberapa cara ini
diharapkan dapat menjadi kerangka berpikir kita untuk menilai pemimpin yang
benar-benar layak untuk menuntun kita dalam lima tahun mendatang.
Empat Cara Menilai dan
Memilih Pemimpin
Pertama, kita mesti mampu melihat
tindakan-tindakan para calon di masa lalu mereka, dalam hal ini adalah prilaku
politik mereka (track record). Hal
ini berarti kita mesti memiliki pengetahuan terkait calon tersebut. Untuk
memiliki pengetahuan itu, kita mau tidak mau mesti mencari dan menggali
berbagai informasi tentang para calon, seperti dengan membaca berita di media
masa atau meminta nasehat dari orang terpercaya.
Sebagai contoh, kita mungkin pernah melihat ada calon di mana
dahulu dia pernah memberikan izin usaha tambang. Kita mesti tahu apakah izin
itu dikeluarkannya atas dasar kepentingan umum atau justru demi kepentingan
pribadinya.
Kedua, kita juga perlu melihat apakah para
calon tersebut memiliki watak atau karakter demokratis atau justru
seperti bos. Dalam hal ini, kita dituntut untuk memeriksa mental keseharian dari
para calon secara khusus dalam relasinya dengan masyarakat.
Kalau dalam kenyataanya sikap yang sering dia tunjukkan
adalah ‘berlagak bos’, sebaiknya kita mesti putuskan untuk tidak memilihnya, karena kalau jadi pemimpin, orang seperti ini akan sangat sulit melayani kita. Hal ini juga sangat penting untuk melihat bahaya mental para calon yang ‘mendadak merakyat’.
Kita tentu tidak mau dengan para calon yang dekat dengan rakyat hanya
dalam momentum menjelang Pilkada seperti ini.
Ketiga, kompetensi para calon. Pemeriksaan
kompetensi para calon sangat penting dilakukan. Hal ini bertujuan untuk
mengatasi segala bentuk ‘tipu daya’ dalam bentuk retorika yang disampaikan para
calon saat masa kampanye.
Kita mesti mampu menilai segala misi atau janji-janji
kampanye yang ditawarkan para calon dengan melihat kemampuan yang dimilikinya.
Kita mesti bertanya apakah janji yang dia sampaikan itu sungguh-sungguh
realistis atau tidak.
Apakah dengan kemampuan atau keadaan yang dimiliki daerah
saat ini mampu menjawab janji tersebut atau tidak. Sebagai contoh, misalnya ada
calon yang mengusungkan pengadaan air minum bersih. Kita mesti memeriksa, apakah
gagasannya itu mampu terlaksana atau tidak dengan mengingat kondisi lingkungan sekitar
kita.
Keempat, lihatlah partai yang mengusungnya.
Penyelidikan partai pengusung para calon juga sangat penting, karena seringkali
seorang calon akan mengeluarkan berbagai kebijakan sesuai dengan ideologi atau
gerak-gerik kepentingan partainya.
Sebagai contoh, apakah partainya memiliki komitmen untuk
memberantas korupsi atau justru kader-kadernya sering masuk dalam skandal
tersebut. Kita tentu tidak ingin memilih pemimpin yang dilahirkan dari
partai-partai yang memiliki catatan buruk di mana sering terlibat dalam skandal
korupsi.
Akhirnya, semoga dengan keempat hal tersebut di atas dapat
membantu kita untuk memilih pemimpin yang benar-benar demokratis, dalam arti
mampu memberikan diri untuk memperjuangkan kepentingan dan kesejahteraan
masyarakat.
Jadilah pemilih rasional yang memilih sesuai dengan
pertimbangan akal sehat dengan memerhatikan berbagai program kerja yang
ditawarkan sang calon. Jangan pernah memilih seorang atas dasar kesamaan suku,
ras, agama, atau karena kepandaiannya dalam beretorika semata. Carilah pemimpin yang punya etos kerja yang baik.
SALAM HANGAT!
0 komentar:
Posting Komentar