Ilustrasi |
Selasa, 07 November 2017
Arahan Memilih Pemimpin dalam Pilgub NTT 2018
Sebentar lagi daerah NTT akan melaksanakan sebuah upacara
demokratis bernama Pilkada. Seperti diketahui, Pilkada ini akan dilakukan
secara langsung bahwa rakyat sendiri sebagai pelaku utama demokrasi, menentukan
sendiri pemimpinnya.
Momen Pilkada ini dibuat agar kita sebagai masyarakat dapat
memilih secara bebas terkait siapa yang berhak memimpin kita untuk lima tahun
ke depan. Momen ini juga merupakan penentu arah gerak kehidupan bersama kita
dalam lima tahun tersebut.
Karena itu, momen Pilkada ini tidak boleh dianggap remeh. Kita
sebagai pemilih mesti memanfaatkan kesempatan Pilkada ini dengan baik, sebab
nasib kehidupan kita di masa depan sangat ditentukan oleh keputusan kita saat upacara
Pilkada ini nanti.
Tulisan ini memberikan beberapa hal bagi kita tentang cara menentukan pilihan dengan baik dalam Pilkada nanti. Beberapa cara ini
diharapkan dapat menjadi kerangka berpikir kita untuk menilai pemimpin yang
benar-benar layak untuk menuntun kita dalam lima tahun mendatang.
Empat Cara Menilai dan
Memilih Pemimpin
Pertama, kita mesti mampu melihat
tindakan-tindakan para calon di masa lalu mereka, dalam hal ini adalah prilaku
politik mereka (track record). Hal
ini berarti kita mesti memiliki pengetahuan terkait calon tersebut. Untuk
memiliki pengetahuan itu, kita mau tidak mau mesti mencari dan menggali
berbagai informasi tentang para calon, seperti dengan membaca berita di media
masa atau meminta nasehat dari orang terpercaya.
Sebagai contoh, kita mungkin pernah melihat ada calon di mana
dahulu dia pernah memberikan izin usaha tambang. Kita mesti tahu apakah izin
itu dikeluarkannya atas dasar kepentingan umum atau justru demi kepentingan
pribadinya.
Kedua, kita juga perlu melihat apakah para
calon tersebut memiliki watak atau karakter demokratis atau justru
seperti bos. Dalam hal ini, kita dituntut untuk memeriksa mental keseharian dari
para calon secara khusus dalam relasinya dengan masyarakat.
Kalau dalam kenyataanya sikap yang sering dia tunjukkan
adalah ‘berlagak bos’, sebaiknya kita mesti putuskan untuk tidak memilihnya, karena kalau jadi pemimpin, orang seperti ini akan sangat sulit melayani kita. Hal ini juga sangat penting untuk melihat bahaya mental para calon yang ‘mendadak merakyat’.
Kita tentu tidak mau dengan para calon yang dekat dengan rakyat hanya
dalam momentum menjelang Pilkada seperti ini.
Ketiga, kompetensi para calon. Pemeriksaan
kompetensi para calon sangat penting dilakukan. Hal ini bertujuan untuk
mengatasi segala bentuk ‘tipu daya’ dalam bentuk retorika yang disampaikan para
calon saat masa kampanye.
Kita mesti mampu menilai segala misi atau janji-janji
kampanye yang ditawarkan para calon dengan melihat kemampuan yang dimilikinya.
Kita mesti bertanya apakah janji yang dia sampaikan itu sungguh-sungguh
realistis atau tidak.
Apakah dengan kemampuan atau keadaan yang dimiliki daerah
saat ini mampu menjawab janji tersebut atau tidak. Sebagai contoh, misalnya ada
calon yang mengusungkan pengadaan air minum bersih. Kita mesti memeriksa, apakah
gagasannya itu mampu terlaksana atau tidak dengan mengingat kondisi lingkungan sekitar
kita.
Keempat, lihatlah partai yang mengusungnya.
Penyelidikan partai pengusung para calon juga sangat penting, karena seringkali
seorang calon akan mengeluarkan berbagai kebijakan sesuai dengan ideologi atau
gerak-gerik kepentingan partainya.
Sebagai contoh, apakah partainya memiliki komitmen untuk
memberantas korupsi atau justru kader-kadernya sering masuk dalam skandal
tersebut. Kita tentu tidak ingin memilih pemimpin yang dilahirkan dari
partai-partai yang memiliki catatan buruk di mana sering terlibat dalam skandal
korupsi.
Akhirnya, semoga dengan keempat hal tersebut di atas dapat
membantu kita untuk memilih pemimpin yang benar-benar demokratis, dalam arti
mampu memberikan diri untuk memperjuangkan kepentingan dan kesejahteraan
masyarakat.
Jadilah pemilih rasional yang memilih sesuai dengan
pertimbangan akal sehat dengan memerhatikan berbagai program kerja yang
ditawarkan sang calon. Jangan pernah memilih seorang atas dasar kesamaan suku,
ras, agama, atau karena kepandaiannya dalam beretorika semata. Carilah pemimpin yang punya etos kerja yang baik.
SALAM HANGAT!
Jumat, 03 November 2017
"tuhan-tuhan zaman now"
Ilustrasi |
Dunia kita ini sudah penuh dengan
tuhan-tuhanan. Manusia 'zaman now' memang suka men-Tuhan-kan
dirinya. Hampir semua orang menganggap diri sebagai Tuhan. Sangat jarang kita
temukan orang yang rendah hati. Yang sering kita lihat justru manusia-manusia
sombong, serakah.
Lihat saja di sekitar kita. Masing-masing
orang suka menghakimi orang lain. Gosip sana-sini. Seolah-olah mereka tahu
segalanya tentang orang lain.
Di hadapan orang lain,
mereka menempatkan diri sebagai 'tuhan'. Mereka anggap dirinya suci, tak
bercelah. Sebaliknya orang lain selalu dipandang hina di matanya.
Mereka suka menebarkan benci terhadap orang
lain. Juga suka mempromosikan keburukan orang lain. Di mata mereka, tidak ada
yang lebih hebat daripada dirinya.
Orang-orang ini, suka kalau orang lain jatuh. Mereka
akan terus menertawakan kalau orang lain menderita. Bahkan kalau ada orang yang
lagi senang misalnya karena sukses, mereka mati-matian cari cara untuk
jatuhkannya.
Inikah yang namanya 'zaman now'?
Zaman yang serba penuh hujatan, suka tebar kebencian. Ah, Sungguh kasihan 'zaman
now' ini.
Bertobatlah, sebab Tuhan itu cuma satu. Ia
Maha Besar tetapi sangat rendah hati dan penuh kasih!
...
Manusia 'zaman now'!
Manusia 'zaman now'!
Yones Hambur
Rabu, 01 November 2017
"Merayakan Kematian"
Ilustrasi Kematian |
Siapa yang tidak takut mati? Pada umumnya manusia itu takut mati, bahkan semua. Kematian itu ibarat monster, selalu mengintai diri manusia. Kemanapun manusia pergi, bayang-bayang kematian akan selalu mengikutinya.
Coba perhatikan di sekeliling kita. Orang yang baru saja bercanda dan tertawa dengan kita, tiba-tiba terdengar ditabrak dan mati. Hanya karna sakit gigi, teman kita dikabarkan tak bernyawa. Gara-gara main bola pingpong, tetangga kita diberitakan meninggal dunia. Tentu ada banyak hal lainnya. Itu dari kematian yang tak direncanakan.
Tapi, ada juga kematian yang disengaja. Kita tentu dengar dengan berbagai peristiwa akhir-akhir ini, banyak sekali kejadian tentang kematian, seperti bunuh diri. Dari media seperti facebook, tiba-tiba muncul di linimasa kita, ada seorang siswi nekad membakar diri. Belum lagi yang tegah gantungkan diri di dalam kamarnya sendiri, minum zat beracun, lalu nyawanya lenyap.
Ilustrasi Kematian |
Ada juga yang mati dibunuh. Media seperti TV dan surat kabar kita seringkali menyajikan kabar pembunuhan dengan modus perampokan. Ada juga yang dibunuh setelah diperkosa, diracun, bahkan karna ditembak.
Pada titik ini, kita mau tidak mau, suka tidak suka, senang tidak senang, harus akui, kematian itu datang kapan saja. Ia hadir bagai pencuri di tengah malam. Kita dituntut untuk siagap dan waspada akan datangnya.
Tetapi, orang kadang punya cara masing-masing melihat kematian. Ada yang pesimis karna menganggap hidup ini sia-sia karna kematian. Mereka berpikir, percuma bermimpi dan berkarya, toh akhirnya mati juga. Bagi mereka, kematian itu merenggut segala harapan, memutuskan semua cita-cita.
Ilustrasi Kematian |
Tetapi, Coba Dipikirkan!
Kalau kematian itu tidak ada, akankah manusia itu berbuat baik? Apakah orang akan bekerja kalau hidup itu tanpa akhir? Mungkinkah orang menghargai apalagi mencintai sesama bila tak ada kematian? Ternyata sulit untuk dibayangkan.
Bukankah kematian itu membuat manusia menjadi penolong bagi sesamanya? Coba bayangkan apakah ada rasa simpatik apalagi empatik kalau tidak ada kematian?
Ilustrasi Kematian |
Orang kadang berbuat baik karna sadar bahwa hidup itu sementara. Kematian dianggapnya sebagai pengingat kita akan pentingnya kehidupan, akan berharganya ziarah di dunia ini.
Kematian ternyata punya nilai positif bagi hidup kita. Ia menyadarkan kita betapa pentingnya menjadi manusia yang bisa membantu orang lain. Ia mengajarkan kita tentang makna mencintai sesama.
Ia menunjukkan kita soal berharganya bersikap peduli terhadap orang lain. Ia memberitahukan kita akan indahnya kehidupan. Singkatnya, kematian membuat hidup menjadi lebih bermakna.
So, jangan pernah takut dengan kematian. Sambutlah kematian dengan berbuat baik terus-menerus. Itulah kehidupan. Kematian akan mengajarkan dan menegaskan bahwa kita ialah mahluk bermartabat. Kematian membuat kita menjadi manusia berkeutamaan dan bijaksana. Kehidupan tanpa kematian justru sia-sia.
Catatan 02 November:
Yones Hambur